Kalangan penyandang disabilitas terbukti masih bisa berkreasi dan berprestasi meski di tengah keterbatasan. Contohnya ada di Yogyakarta.
Para penyandang disabilitas atau difabel berkarya meluncurkan jasa transportasi dengan nama Difa City Tour and Transport.
Mereka menunjukkan bahwa difabel memiliki kemampuan layaknya orang normal. Bahkan kini Difa mulai dikenal karena menjadi satu-satunya ojek online difabel di dunia.
Difa dibentuk karena banyaknya para penyandang disabilitas yang tidak memiliki pendapatan. Hal inilah yang memicu Triyono berfikir bagaimana teman sesama difabel dapat mencari nafkah dengan mobilitas tinggi.
“Difa awalnya hanya program untuk memberikan sesuatu kepada manusia. Awalnya mikirnya alat yang bisa membuat mobilitas yang bagus adalah motor. Saya coba buat proposal ke perusahaan ayo nyumbang motor,” kata Triyono di kantor Difa Harjowinatan Nomor 6 Puro Pakualaman, Yogyakarta.
Dia kemudian mendapatkan sumbangan motor dan lainnya. Namun, motor yang diperolehnya tidak langsung bisa digunakan. Warga Wirobrajan ini berusaha menggandeng jasa transportasi online yang sudah ada.
Namun penyedia jasa online ini kesulitan dan menolak untuk menerima idenya, yaitu pengemudi dan penumpangnya penyandang disabilitas. Triyono lalu berusaha membuat sistem penyedia jasa antar online sendiri.
Triyono pun mengambil motor yang sudah didistribusikan ke rekan difabelnya dan mengutak-atik motor sesuai dengan kebutuhan mereka.
Namun, tidak semua kalangan masyarakat mau menerima idenya karena takut jika saat penyandang disabilitas membawa pelanggan akan menabrak atau kecelakaan.
Sampai akhirnya Triyono berani meluncurkan Difa setelah kemampuan para difabel ojek ini dapat berjalan sesuai dengan standar.
“Dari beberapa motor yang sudah didistribusikan saya ambil lagi. Tak desain boksnya ulang, lalu muncul vario lalu dicoba lagi. Juli sampai Desember 2015 cuma sosialisasi maksa orang nyoba kita. Jadi banyak yang pada takut nanti pada jatuh, nabrak piye (bagaimana),” kata Triono.
Triyono kemudian mencoba inovasi yaitu penumpang penyandang disabilitas yang mengendarai ojek difabel ini tidak dikenakan biaya.
“Uangnya buat uang saku Rp 400-500 ribu jadi selama bulan Juli sampai Desember itu subsidi waktu itu cuma tiga motor,” kata Triyono.
Untuk membuat boks penumpang dibutuhkan dana sekitar Rp 3,5 juta sampai Rp 4 juta. Boks penumpang itu sudah disesuaikan dengan keselamatan penumpang. Ia pun rela merogoh kocek demi kaum difabel itu bisa mencari rezeki.
“Setnya Rp 3,5 juta sampai Rp 4 juta. Diukur panjang, lebar, berat disesuaikan. Kalau motornya ya masing masing. Lamanya karena susah diotak-atiknya set. Ini standarnya ada yang habis Rp 16 juta, ada Rp 7 juta,” cerita Triyono.
Proses panjang itu akhirnya menuai hasil. Para penyandang disabilitas mulai mahir menggunakan motor untuk ojek difabel.
Pelanggan pun mulai setia menjadi konsumen jasanya. Secara resmi, Difa diluncurkan pada 1 Desember 2015 .
“Seiring berjalannya waktu, Oktober, November, Desember sudah banyak yang jadi member, order. Desember berani kita launching pada Hari Difabel Internasional 1 Desember 2015,” kata Triyono.
Menurutnya, saat ini setiap hari puluhan orang menggunakan jasanya. Setiap pelanggan dikenakan biaya Rp 20 ribu per 5 km. Selanjutnya per kilo nya akan dikenakan biaya Rp 2.500. Hingga kini, sudah ada 15 driver yang bekerja dengannya.
“Nanti, kalau disuruh nunggu, nunggunya sampai satu jam, ya biaya menunggunya Rp 10 ribu gitu. Kalo city tour Rp 100 ribu. Ada juga custom tujuannya yang menentukan pelanggan. Empat jam Rp 100 ribu dia yang nentuin,” paparnya.
Menurut Triyono, para penyandang disabilitas yang tergabung dalam Difa disebut sebagai satu-satunya ojek difabel yang secara menyeluruh melibatkan warga difabel.
Pelaku penyedia jasa dan pengguna jasa dari kalangan difabel belum ditemukan di belahan dunia manapun.
“Belum ada sistem transportasi melibatkan dan mengembangkan teman-teman difabel secara total driver difabel dan diangkutnya juga difabel walaupun ada yang umum juga,” ungkapnya.
Triono mengatakan Difa dapat diakses di berbagai media sosial yang ada.